Selasa, 22 Maret 2011

Menjadi sedikit gila

GILA...
Gila memang identik dengan sebuah penyakit yang sering menyerang mereka yang sedang dilanda stress, salah pilih, salah pikir, salah kaprah, salah kamar, dan banyak kesalahan lainnya. “sayang, dinda gag bisa lanjutin hubungan ini, karena dinda tu sebenarnya sama kayak kamu, hikz.....

Sebenarnya nama ku tu DANDI...”, dengan kesalahan dalam sebuah pilihan inilah si cowok harus menerima sebuah kenyataan pahit, dan sebulan kemudian di rehabilitasi dengan 5 dokter spesialis jiwa di sebuah rumah sakit kurang waras.

Gila tidak selalu berhubungan dengan sebuah kejadian pahit yang harus diterima oleh seorang cowok karena mendapati pacarnya adalah laki laki, atau seorang mahasiswa di kota besar yang uang sakunya dari kampung habis karena basah setelah mencuci celana jeans nya di laundry. Gila, juga dapat dikatakan sebuah rasa suka yang sangat berlebihan pada suatu kegiatan. Gila bola adalah sebutan untuk penggemar sepakbola dan sangat sering lebih merasa memiliki skill dibanding 11 pasukan di lapangan hijau. “woi, bisa nendang gag sih?”. “seharusnya lo tu oper ke kanan dooooong..”, “kiper bego, masa nangkap bola yang bulat aja gag bisa,????????”. Umpatan yang mereka anggap sebagai masukan yang terkadang menyakitkan hati itu membuat mereka merasa lebih memiliki skill dibanding pemain yang harus latihan tiap hari demi sebuah kemenangan. Gila harta juga sangat tepat ditujukan pada seorang PNS terkaya di Indonesia. Dengan kegilaannya, mas yang katanya mirip afgan itu mengorbankan hak jutaan rakyat.

Dan hari ini, aku mendapat sedikit teori baru tentang kata GILA, ternyata untuk menjadi sukses perlu sedikit bumbu kegilaan yang harus dimiliki. Seorang sanitarian memang harus menjadi sedikit gila untuk mendapatkan perhatian dari masyrakat. Tentunya dengan persepsi positif untuk hasil yang lebih positif.
Ya, MENJADI SEDIKIT GILA...